DOSA, APAKAH TUHAN HARUS DISALAHKAN??|| Efratanews.com

 

                         DOSA MANUSIA

LARANTUKA - Efratanees.com- Sejarah dosa telah dimulai semenjak penciptaan manusia pertama, Adam dan Hawa. Seperti yang telah dikisahkan di dalam Kitab Suci, kita semua telah membacanya atau pernah mendengar di dalam pelajaran Agama, baik di keluarga, di sekolah, dan masyarakat.

Allah menempatkan manusia pertama di sebelah timur taman Eden. Taman yang subur, berlimpah kenikmatan ada di dalamnya. Di dalam taman Eden terdapat juga buah terlarang. Allah berfirman kepada manusia "Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati" (Kej 3:4).

Kekuasaan atas segala isi dunia dan kenikmatannya atas kekuasaan itu diberikan Allah kepada manusia. Bukannya puas dan bersyukur, manusia masih merasa tidak puas atas semua yang dimiliki, lalu lebih memilih mengikuti hasutan iblis berwujud ular agar memakan buah terlarang. Kata ular itu kepada manusia "tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat" (Kej 3:5). Setelah memakan buah terlarang itu, manusia pun jatuh dalam dosa. 

Dosa

Allah tidak membiarkan manusia jatuh dalam dosa, manusialah yang memilih untuk jatuh dalam dosa. 

Semenjak awal penciptaan manusia, manusia dilengkapi, Akal budi , Hati nurani, dan Kebebasan. Manusia memiliki kehendak bebas untuk menentukan pilihan hidupnya, memilih tindakan baik atau memilih tindakan jahat, memilih mengikuti firman Tuhan atau memilih mengikuti hasutan iblis.

Ketiga hal, akal budi  hati nurani, dan kebebasan dilimpahkan Allah kepada manusia sejak awal penciptaan manusia. Meski Allah memiliki kuasa penuh atas semua itu, Allah tidak mengambilnya kembali, Allah menghormati apa yang telah Ia limpahkan kepada manusia. Karena itu manusia punya kuasa penuh (kebebasan) untuk menentukan pilihan hidupnya, dan bertanggung jawab terhadap setiap sikap dan tindakan yang dipilih.

Kalau sampai seseorang salah dalam menggunakan kehendak bebasnya, lalu mendapatkan musibah atau hal buruk dalam hidupnya, tentu itu bukan kesalahan Allah. "Dengan kehendak bebasnya, manusia dapat menolak Allah atau memberikan diri secara bebas kepada Allah."

Dosa itu ada karena "tumpulnya hati"

Setiap manusia memiliki hati nurani, hati memiliki peran penting dalam hidup manusia. "Hati bisa saja tajam atau tumpul. Tajam dan tumpul hati nurani berpengaruh terhadap setiap tindakan atau sikap manusia dalam kehidupan. "

Hati nurani dapat dianalogikan seperti parang. Parang bisa memotong, tapi tidak semua parang itu tajam. Parang jika dibiarkan saja diterik matahari, penuh sisa tanah yang melekat tanpa pernah diasah, maka parang akan menjadi tumpul dan berkarat. Begitupun dengan hati nurani kita, jika tidak pernah diasah akan menjadi tumpul dan berkarat.

Mengasah hati tidak dengan batu asah, tetapi dengan cara : rajin berdoa, mengikuti ret-ret, melakukan refleksi diri dalam keheningan, membaca dan merenungkan firman Tuhan, dan lainnya. 

Allah bersemayam dalam hati manusia. Hati yang tumpul dan berkarat akan mengakibatkan manusia sulit mendengarkan suara hati, maka tidaklah heran manusia sering sekali menggunakan kebebasan secara keliru dan salah. Ketidakmampuan mendengarkan suara hati akan mengarahkan manusia pada jalan yang salah. 

Tanpa hati nurani, kita akan benar-benar kehilangan arah. Jika digunakan dengan sepatutnya, hati nurani dapat membantu kita menemukan jalan yang benar dalam kehidupan. Ada suara Allah yang bergema di hati nurani,  mengarahkan pikiran manusia untuk berjalan dalam kebenaran, agar manusia mengambil sikap yang bijaksana didalam kehidupannya. 

Di lubuk hati nuraninya, manusia menemukan hukum, yang tidak diterimanya dari dirinya sendiri, melainkan harus ditaati. Suara hati itu selalu menyerukan kepadanya untuk mencintai dan melaksanakan apa yang baik, dan menghindari apa yang jahat. Bilamana perlu, suara itu menggemakan dalam lubuk hatinya: jalankan ini, elakkan itu. Sebab dalam hatinya, manusia menemukan hukum yang ditulis oleh Allah. Martabatnya ialah mematuhi hukum itu, dan menurut hukum itu pula ia akan diadili.

Penulis : Papi Riberu













Post a Comment

0 Comments