PERAN SEKOLAH DAN TRADISI SEMANA SANTA DI LARANTUKA||KOTA WISATA RELIGI||Efratanews.com


                             Foto : Tuan Ma

LARANTUKA - Efratanews.com - Kota Larantuka, sebuah kota kecil di Flores Timur, NTT meyimpan potensi wisata religi. Setiap tahun dalam rangka perayaan Paskah, kota Larantuka ramai dikunjungi wisatawan seluruh Indonesia dan mancanegara. Tradisi Semana Santa dan banyaknya situs-situs religi peninggalan bangsa Portugis di Kota Larantuka menjadi daya tarik bagi wisatawan rohani.

Semana Santa atau Hari Bae adalah ritual perayaan Pekan Suci Paskah oleh umat Katolik di Larantuka, yang menggabungkan adat dan Agama sehingga menjadi sebuah budaya religius. Lebih dari 500 tahun tradisi Semana Santa dirayakan oleh umat Katolik di Larantuka. 

Setiap tahun, biasanya menjelang Hari Bae (Semana Santa) banyak wisatawan rohani yang berdatangan, kapal very penuh dengan muatan penumpang para peziarah ke Larantuka, hotel atau penginapan sudah dibooking jauh-jauh hari. Masyarakat pun ramai berjualan lilin dan pernak-pernik Paskah. 

Dalam perkembangan zaman, perayaan tradisi Semana Santa di Larantuka tidak hanya menumbuhkan nilai-nilai rohani, toleransi antara umat beragama tetapi juga menggeliatkan ekonomi dan pariwisata di Larantuka.

Pemerintah Nusa Tenggara Timur (NTT) berencana mengusulkan Larantuka Ibu Kota Kabupaten Flores Timur menjadi kota suci umat Katolik di Indonesia. Pemda NTT memaparkan usulan itu didasari dengan pertimbangkan bahwa Larantuka merupakan kota yang menjadi bagian sejarah masuknya Katolik di Indonesia, (CNN Indonesia, Sabtu/15/06/2019).

Larantuka dijadikan "Kota Suci" mungkin terlalu berlebihan. Tapi ada potensi besar kota Larantuka menjadi "Kota Wisata Religi", bagi umat Katolik di Indonesia dan mancanegara. Karena itu masyarakat, remaja Katolik dan orang muda Katolik perlu dibekali pengetahuan, baik sejarah dan tradisi perayaan paskah di kota Larantuka, maupun situs-situs religi yang tersebar di kota Larantuka. 

Berdasarkan penelitian oleh Tim 24 SMA Negeri 1 Larantuka pada tahun 2019, dalam proses penulisan buku Menjelajah Kapela yang Terlupakan, Larantuka: Sejarah dan Tradisi, menemukan fakta bahwa masyarakat dan mayoritas pelajar Katolik di Larantuka tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang sejarah, tradisi, serta situs-situs bersejarah di kota Larantuka. Contoh paling sederhana, banyak yang tidak tahu arti dari kata Semana Santa, ini satu hal dari sekian banyak hal pengetahuan yang tidak diketahui tentang perayaan tradisi Paskah di kota Larantuka. 

Dorongan penulisan buku Menjelajah Kapela yang Terlupakan pun, untuk menyiapkan sumber pengetahuan bagi generasi Katolik yang akan datang, agar tidak hanya ikut rame merayakan tradisi Paskah di Larantuka tetapi mampu menghayati, meresapih makna dari rangkaian perayaan tradisi Semana Santa itu. 

Pendidikan di sekolah dapat menjadi corong untuk menuangkan pengetahuan tentang sejarah, tradisi, situs bersejarah, di kota Larantuka. Dalam sistem ini, siswa mengalami kemajuan melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Bila kita benar-benar serius (Akademisi, Gereja dan Pemerintah Flores Timur - NTT), bukan tidak mungkin menjadikan Tradisi Semana Santa sebagai salah satu pelajaran ekxtra wajib bagi siswa Katolik, terbuka dan tidak memaksa bagi siswa non Katolik di sekolah, di semua jenjang pendidikan sekolah, SD sampai dengan SMA/SMK. Regulasi dapat dibuat dan mudah dilaksanakan bila kita punya keinginan yang kuat. Dengan pengetahuan yang ada dalam diri siswa akan menumbuhkan iman dan kecintaannya pada perayaan tradisi Paskah di Larantuka, mereka pun mampu menjadi jembatan informasi bagi peziarah dan wisatawan rohani yang datang ziarah ke Larantuka. Dan terpenting pelajar Katolik bertumbuh sebagai Fondasi Iman bagi Gereja Katolik di Larantuka, dimasa sekarang dan yang akan datang.

Manusia itu cenderung merasa memiliki dan mencintai apa yang mereka kenal, ketahui, dan alami. Sebaliknya, manusia tidak akan merasa memiliki, mencintai, apa yang mereka tidak tahu dan alami. Maka tidaklah heran nilai-nilai rohani dari perayaan tradisi Paskah di Larantuka mulai luntur dari waktu ke waktu dalam kehidupan anak remaja, orang muda Katolik, bahkan keluarga-keluarga Katolik, sebab mereka merayakan sebuah tradisi tanpa mengerti, memahami, menghayati, dan mencintai tradisi tersebut.

Pengamatan Efratanews.com sampai dengan Rabu, 31/3/2021, (Rabu Abu), tidak nampak wisatawan rohani yang berdatangan, euforia perayaan Paskah terasa hambar di Kota Larantuka. Tahun ini, Gereja Katolik - Keuskupan Larantuka meniadakan perayaan tradisi Semana Santa di Kota Larantuka untuk mencegah menyebarnya Corona Virus. Keputusan Uskup Larantuka Mgr Frans Kopong Kung tertuang dalam Surat No. KL 09/V.3/1/2021 tentang Misa Hari Minggu Biasa, Hari Minggu Masa Prapaskah, Pekan Suci, Paskah dan Misa Harian, ditujukan kepada para Pastor, Biarawan-Biarawati dan seluruh umat Keuskupan Larantuka (Flores Timur/Flotim dan Lembata). Keputusan ini ditetapkan dan diedarkan pada Minggu (17/1/2021).

Tinggal menghitung hari umat Katolik merayakah Paskah, Kebangkitan Kristus. Paskah tahun ini jatuh pada hari (Minggu, 4/4/2021). Batalnya rangkaian tradisi perayaan Paskah di Kota Larantuka tidak harus membuat luntur iman kita kepada Bunda Maria dan Yesus Kristus. 

Tuhan tidak membutuhkan keramaian, dan arak-arakkan ribuan manusia menyalakan lilin ,tetapi Ia lebih mengharapkan pertobatan dari kita manusia atas dosa yang telah kita lakukan dan berpaling padaNya, "agar penderitaanNya tidaklah sia-sia dan kebangkitanNya memeriahkan hidup kita dalam kemuliaanNya". 

"Sejukkan hati, nyalakan lilin di pojok doa dan berdoalah, supaya mengalami hidup baru bersama kebangkitanNya, dengan kasih"(Efratanews.com).

Penulis: Papi Riberu




Post a Comment

0 Comments